Tanggapan saya setelah membaca novel Laskar Pelangi adalah sangat bagus.
Saat saya pertama kali membaca novel Laskar Pelangi merasa binggung karena ceritanya kurang jelas. Akan Tetapi, lama-kelamaan saya merasa senang karena ada satu bab yang menceritakan Petualangan yang seru dan membuat perasaan kita menjadi khawatir.
Saya membaca novel tersebut selama 3minggu baru selesai. Perasaan saya saat baru melihat novel ini adalah sebal karena saya kurang suka membaca buku yang halamannya beratus-ratus lembar, itu juga saya membaca novel Laskar Pelangi karena sebuah tugas dari guru Bahasa Indonesia saya.
Buku ini, sebenarnya buku tentang pengalaman penulisnya, mungkin ada yang lain juga pernah mengalami pengalaman seperti yang dialami oleh penulisnya. Akan tetapi, kekuatannya adalah dipenggambaran yang sangat indah dan baik meski terkadang menurut saya ada juga hiperbolanya. Penggambaran yang kuat dari para tokohnya juga menjadi kelebihan dari buku ini. Meskipun ada tokoh yang kurang saya mengerti yang bernama Borek pada awal cerita. Namun pada bagian tengah sampai akhir cerita tokoh itu hilang.
Tapi ada tiga bagian yang paling saya suka, yaitu: ketika Mahar memenangkan lomba “kesenian” (pawai), ketika Lintang memenangkan lomba “cerdas cermat” dan ketika penulisnya merasakan cinta pertama.
Cerita yang lucu adalah ketika Mahar dan Flo menemui Tuk Bayan Tula (dukun sakti) untuk mendapatkan cara yang mudah untuk lulus ujian. Komentar dari Tuk Bayan Tula adalah rajin buka buku dan belajar. Cerita ini memberi saya inspirasi untuk lebih giat belajar.
SEMANGAT UNTUK MASA DEPAN YANG CERAH DENGAN BELAJAR
buyamanto said,
24 September 2008 @ 07:43
membaca laskar pelangi, buat saya adalah bahwa banyak pembaca tidak mengetahui,kejadian yang dialami penulis itu sebenarnya bukan pada JAMANNYA.penulis adalah generasi setelah jaman yang diceritakan tersebut.
hal2 yang diangkat dalam cerita mengenai sekolah,perbedaan antara sekolah timah dan swasta,ekslusivenya PN timah terjadi tahun 60 an,ketika itu masih ada Sekolah Dasar milik PT.timah yang hanya ada di manggar/samak dan tangjung pandan,caba aja tnya ex bupati belbar,pada jaman dialah terjadi,andrea kecil bukan pada tahun itu.
buku dan cerita sangat bagus, cuman jangan katakan itu pengalaman pribadi,kecilnya andrea belitung tidak seperti dalam ceritanya. hehehehe
buat penulis, jangan nukoan kan urang timah/setaf,same saja bung