Archive for Desember, 2008

Tugas Agama

Pembangunan adalah perubahan sosial yang direncanakan sehingga menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Dalam pembangunan diperlukan komunikasi pembangunan (penyampaian informasi pembangunan) agar pemerintah dapat menginformasikan program-program dalam pembangunan serta masyarakat dapat mengkoordinasi pembangunan sehingga pembangunan dapat berjalan dengan baik.

Pergantian kekuasaan dan otoritarianisme menuju demokrasi membawa banyak harapan, salah satunya adalah penyediaan ruang yang luas bagi partisipasi publik dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan dalam berbagai tingkatan.

Perubahan rezim di Indonesia, sebagai amanat reformasi telah mendorong terselenggaranya pemerintahan yang demokratis, transparan dan menjunjung tinggi akuntabilitas publik. Kesenjangan antara pusat dan daerah dicoba diatasi melalui desentralisasi. Pelaksanaan otonomi daerah telah memberi keleluasaan kepada daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan – termasuk di antaranya dalam pemberian ruang bagi partisipasi publik.

Pembangunan nasional merupakan salah satu wujud memenuhi janji politik pemerintah kepada masyarakat pemilih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan nasional, seperti: pengangguran, kemiskinan, ketimpangan sosial, pertumbuhan ekonomi nasional dan lain-lain.

Masyarakat sebagai salah satu unsur utama di dalam pembangunan saat ini semakin dituntut peran sertanya. Sebetulnya sudah sejak lama berkembang berbagai model pembangunan partisipatif yang melibatkan masyarakat bahkan menempatkan masyarakat sebagai pelaku sentral dari pembangunan yang sedang dan akan berlangsung, namun dalam penerapannya masih banyak terdapat kelemahan disana-sini.

Latar Belakang Peran Masyarakat Dalam Pembangunan

Paradigma Pembangunan Di Indonesia :

1. Top Down

Terjadi pada era Orde Baru (PELITA), artinya pemerintah merupakan pihak yang sangat mendominasi dalam hal perencanaan pembangunan.

Pada tahap ini, komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah

2. Botton Up

Pada tahap ini, komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah, masyarakat mempunyai akses sebagai subjek atau pelaku dalam pembangunan sehingga muncul istilah pemberdayaan masyarakat.

Dari kondisi ini, pendekatan dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan. Pendekatan tersebut lebih bersifat memberdayakan masyarakat, yaitu model ‘Pemberdayaan Masyarakat’ (PM). Dasar proses Pemberdayaan Masyarakat adalah pengalaman dan pengetahuan masyarakat tentang keberadaannya yang sangat luas dan berguna serta kemauan mereka untuk menjadi lebih baik. Proses ini bertitik tolak untuk memandirikan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidupnya, menggunakan dan mengakses sumber daya setempat sebaik mungkin, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Pemberdayaan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya.

Peran masyarakat dalam pemberdayaan akan menjadi sangat besar dan signifikan pada masa mendatang, seiring dengan tumbuhnya proses demokratisasi pembangunan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama

Pada makalah kali ini kelompok kami akan membahas arti penting partisipasi masyarakat dalam pembangunan dilihat dari segi politik&pemerintahan, ekonomi, sosial-budaya, sumber daya alam&lingkungan  yang melibatkan seluruh aspek lapisan kehidupan berbangsa dan bernegara.

ASPEK SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

Masyarakat juga berperan langsung dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan di Indonesia.

Dalam aspek ini, peran masyarakat sangat penting dengan keikutsertaan masyarakat dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

Program-program yang harus dilakukan adalah:

1. Peningkatan jumlah dan kualitas anggota masyarakat yang peduli dan mampu mengelola sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

2. Pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan pemeliharaan lingkungan hidup melalui pendekatan keagamaan, adat, dan budaya.

3. Pengem-bangan pola kemitraan dengan lembaga masyarakat yang melibatkan berbagai pihak dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

4. Perlindungan hak-hak adat dan ulayat dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

 

Selain itu terdapat program-program lain, yaitu:

1. Pemasyarakatan pembangunan berwawasan ling-kungan.

2. Pengkajian keadaan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat adat dan lokal.

3. Peman\faatan kearifan tradisional dalam pemeliharaan lingkungan hidup.

4. Perlindungan terhadap teknologi tradisional dan ramah lingkungan.

5. Peningkakan kepatuhan dunia usaha dan masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan dan tata nilai masyarakat lokal yang berwawasan lingkungan hidup.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian lingkungan hidup.

Tepat pada pukul 08. 30 WIB, serombongan orang yang berjumlah puluhan orang bergerak dari kantor WALHI DIY menuju per – empatan Kantor Pos Besar Yogyakarta, yang mana pada hari itu (05 Juni 2007) bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup sedunia.

Peringatan hari Lingkungan Hidup se – Dunia bermula pada tanggal 05 -16 Juni 1972, di Stockholm, Swedia, dilaksanakanlah sebuah konferensi internasional yang dibidani oleh PBB dengan mengambil tema besar mengenai permasalahan lingkungan dan pembangunan. Konferensi ini menjadi salah satu tonggak sejarah keperdulian umat manusia terhadap lingkungan hidup, sejak saat itu hingga saat ini setiap tanggal 05 Juni selalu diperingati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.

Massa yang merupakan gabungan dari Sahabat Lingkungan (ShaLink) WALHI DIY dan Jogja Onthel Community (JOC) berkumpul di taman parkir Abu Bakar Ali, Malioboro Jogjakarta, sebelum bersama – sama berjalan kaki menuju perempatan Kantor Pos Besar Yogyakarta, yang akan digunakan sebagai pusat aksi. Selain membawa berbagai spanduk dan poster yang berisi jargon, gambar dan slogan – slogan yang berisi ajakan dan himbauan akan arti pentingnya berprilaku bijak dan cerdas dalam memperlakukan lingkungan, rombongan itu juga mengusung replika pohon yang mana pohon tersebut diberi nama ”Pohon Kehidupan”. ”Pohon Kehidupan” ini terbuat dari kertas daur ulang sebanyak kurang lebih sebesar 30 Kg.

Semua aksesorisnya juga terbuat dari sampah. Selain mengusung pohon kehidupan, peserta aksi juga melakukan aksi simpatik berupa teatrikal dengan beberapa dari peserta aksi memakai kostum warna warni dan yang cukup menariknya ada yang berpakaian mumi dengan mengunakan masker pelindung pernapasan yang merupakan siimbol dari keadaan manusia yang sewaktu – waktu kondisinya bisa seperti itu melihat kualitas udara sekarang sudah begitu tercemar.

Pada peringatan hari Lingkungan Hidup tahun ini, diambil tema ”Jeda Asap, Kurangi Polusi”, dimana pesan yang ingin disampaikan yaitu berupa ajakan untuk mematikan mesin kendaraan (stop engine) kepada pengguna kendaran pada saat lampu lalu lintas (traffic light) menunjukkan lampu merah (stop), walau cuma dalam hitungan detik tetapi paling tidak (harapannya) bisa sedikit mengurangi polusi udara yang ditimbulkan dari asap kendaraan bermotor yang sudah sangat mengkhawatirkan di Yogyakarta ini.

Perlu dicermati, ajakan ini tidak hanya sebatas pada sebuah aktifitas ”seseorang melakukan gerakan motorik mengerakan tangannya memutar kunci kontak dari posisi on ke posisi off”, tetapi lebih dari itu yaitu ajakan untuk bersama – sama menyadari kondisi udara Yogyakarta yang sudah begitu tercemar asap kendaraan bermotor, sehingga perlu sikap bijak kita dalam menyikapi hal itu. Salah satu sikap cerdas dan bijak yang bisa kita lakukan untuk memimalkan dampak negatif dari hal tersebut yaitu dengan menanam pohon dan menjaganya sebagai penyuplai oksigen bagi paru – paru kita. Aksi simpatik ini berlangsung hingga pukul 12. 00 WIB, yang diisi orasi lingkungan, teatrikal, dan membagikan masker pelindung pernapasan kepada para pengguna jalan yang melintasi per – empatan Kantor Pos Besar Yogyakarta.

Melalui event ini diharapakan semakin banyaknya orang atau masyarakat terutama kalangan pengguna kendaraan bemotor yang merasa penting berprilaku pro lingkungan, cinta lingkungan dan berempati terhadap pelestarian lingkungan, serta melalui event ini diharapkan juga bisa mengurangi polusi udara di Yogyakarta, tetapi tentunya event peringatan Hari Lingkungan Hidup di D.I Yogyakarta setiap tahunnya, tidak hanya berhenti sebatas pada euporia perayaannya (celebration) dan ritual saja, akan tetapi lebih dari itu.

Peringatan Hari Lingkungan Hidup dari tahun ke tahun diharapkan bisa berkontribusi terhadap upaya – upaya penyelamatan lingkungan hidup yang nyata dan berkesinambungan. Jangan sampai menjadi sebaliknya, setiap tanggal 05 Juni dijadikan sebagai Peringatan Hari (Kerusakan) Lingkungan Hidup Se- Dunia.

”Persoalan terbesar dan paling menyedihkan dalam upaya pelestarian lingkungan/konservasi adalah bukan pada hilangnya habitatnya atau eksploitasi yang berlebihan, tetapi pada ketidakpedulian manusia pada hal tersebut, (Balmford, 1999)”. Semoga ungkapan diatas bisa menjadi renungan bagi kita semua.

WALHI-Jogja. Kata mutiara “kebersihan bagian dari Iman” selama ini telah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa iman seseorang dapat diukur dari kemampuannya menjaga kebersihan diri dan lingkungan.

Ungkapan “Kelestarian Lingkungan bagian dari Iman” terungkap dalam diskusi “Agama dan Lingkungan” di Kedai HIJO pada tanggal 13 September lalu. Berbagai elemen (perusahan, pemerintah, masyarakat) harus memperlihatkan imannya dalam karya nyata pembangunan yang tidak merusak lingkungan.

KH. Abdul Muhaimin sebagai pembicara utama, mengawali diskusi dengan menceritakan pengalamannya. Ia menuturkan, saat muda dulu, ia terbiasa jalan-jalan dari satu tempat ke tempat yang lain di Yogyakarta. Perjalanan tersebut tidak membuatnya terlalu lelah. Oleh karena, masing-masing sisi jalan masih dirimbuni pohon-pohon. Kondisi itu sudah berbeda kini, menurutnya, jalan pake mobil selama satu jam saja sekarang sudah lelah.

Kerusakan lingkungan pun diakui oleh beliau terus terjadi saat ini. Penyebab utamanya adalah perbuatan manusia. Lebih spesifik, Ketua Forum Persaudaraan Umat Beragama Yogyakarta menuturkan, kultur masyarakat ternyata tidaklah mendukung untuk terciptanya lingkungan yang baik. Padahal, dilihat dari sisi teologis, semua ajaran agama mengajak pada pelestarian lingkungan.

Salah satu peserta diskusi menanggapi kerusakan lingkungan kaitannya dengan agama, merupakan bagian dari lemahnya ketaqwaan manusia. Peserta yang lain menambahkan, bahwa penerapan nilai-nilai islam kedalam diri pribadi masing-masing yang sangat kurang.

Kerusakan lingkungan, menurut peserta yang lain juga dimungkinkan karena lemahnya peran agama. Khususnya umat Islam, padahal, Indonesia termasuk mayoritas umat islam. Untuk itulah, menurut Abdul Muhaimin, perbaikan lingkungan seharusnya tidak hanya dilakukan oleh para petinggi agama tapi juga seluruh lapisan masyarakat.

Paparan dalam diskusi membentangkan kenyataan bahwa peran agama dalam pelestarian lingkungan masih minim. Agama-agama belum mampu mengajak pengikutnya untuk melestarikan lingkungan. Dalam konteks Indonesia padahal masyarakat sangat potensial untuk diarahkan oleh Agama karena hampir semua penduduk Indonesia beragama.

Diskusi yang dipandu oleh Indra Wibowo ini mengetengahkan solusi yang dapat dilakukan para pemuka agama dalam melakukan kampanye lingkungan hidup. Salahsatunya mendorong peran aktif Agama dalam mengontrol pelbagai kegiatan pembangunan besar yang dilakukan pemerintah maupun perusahan agar tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan dan masyarakat.

Semangat kelestarian lingkungan bagian dari iman harus disebarluaskan kepada segenap elemen masyarakat. Hal ini agar Indonesia dapat terhindar dari marabahaya petaka lingkungan yang selama ini terus-menerus menerpa. Sanggupkah ungkapan religius tersebut terwujud dalam berbagai konsep pembangunan dengan tingkat kompleksitas yang tinggi di Indonesia? Tentu bisa.

Leave a comment »

Tugas Sosiologi


st1\:*{behavior:url(#ieooui) }
<!– /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:””; margin:0cm; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:”Times New Roman”; mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 90.0pt 72.0pt 90.0pt; mso-header-margin:35.4pt; mso-footer-margin:35.4pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} –>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin:0cm;
mso-para-margin-bottom:.0001pt;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:10.0pt;
font-family:”Times New Roman”;
mso-ansi-language:#0400;
mso-fareast-language:#0400;
mso-bidi-language:#0400;}

Pendidikan Tinggi dan Pembangunan Ekonomi

KAJIAN mengenai korelasi pendidikan dan pembangunan ekonomi selalu menarik perhatian para scholars di mana pun. Tema ini berkembang menjadi wacana akademik yang mengundang perdebatan serius di kalangan ahli ekonomi pembangunan.

KAJIAN ini semula diperkenalkan Schultz (1961), lalu dielaborasi lebih lanjut oleh Becker (1975), Cohn (1979), Psacharopoulos dan Woodhall (1985), dan banyak lagi. Namun, sejatinya diskursus intelektual ini merujuk pemikiran ekonomi klasik yang diilhami narasi besar dalam karya magnum opus-nya Adam Smith, The Wealth of Nations (1776). Tesis utama para pemikir ekonomi: keberhasilan membangun pendidikan akan berpengaruh terhadap sukses pembangunan ekonomi, yang berimplikasi langsung pada kemajuan bangsa secara keseluruhan.

Pertumbuhan

Pendidikan memberi kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi melalui dua cara. Pertama, pendidikan menciptakan pengetahuan baru yang membawa pengaruh terhadap proses produksi. Pendekatan ini lazim disebut schumpeterian growth yang mengandaikan, pertumbuhan ekonomi itu didorong akumulasi modal manusia. Modal manusia, yang diperankan kaum profesional, para ahli, teknisi, dan pekerja, merupakan penggerak utama kemajuan ekonomi.

Kedua, pendidikan menjadi medium bagi proses difusi dan transmisi pengetahuan, teknologi, dan informasi yang dapat mengubah cara berpikir, cara bertindak, dan kultur bekerja. Unsur pengetahuan, teknologi, dan informasi merupakan kekuatan transformatif yang dapat memacu akselerasi pembangunan ekonomi.

Dalam konteks demikian, pendidikan memberi sumbangan dalam menyediakan tenaga kerja berpengetahuan, berketerampilan, dan menguasai teknologi sehingga dapat meningkatkan produktivitas. Pengalaman negara-negara Organisation for Economic Co-operation and Development menunjukkan, kontribusi pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi itu amat nyata. Sebagai contoh, selama kurun waktu 1920-an sampai 1990-an, pembangunan pendidikan di AS telah memberi sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 14 persen. Bila advances in knowledge yang relevan dengan proses produksi dikonversi secara ekonomi, sumbangannya meningkat berkali lipat mencapai 42 persen (Denison, 1985).

Secara logis, pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi suatu bangsa, yang tercermin pada peningkatan pendapatan warga negaranya. Sudah pasti level pendidikan menentukan tinggi rendahnya pendapatan seseorang. Mengambil contoh, sekali lagi, AS, seorang lulusan sekolah lanjutan tingkat atas dan Diploma III masing-masing bergaji sekitar 23.500 dollar AS dan 28.500 dollar AS per tahun; sementara lulusan sarjana dan pascasarjana masing-masing bergaji 41.000 dollar AS dan 65.000 dollar AS per tahun (Zumeta, 1999). Bahkan, seorang profesional berpengalaman dan berkemahiran tinggi gajinya mencapai 75.300 dollar AS per tahun (Saxton, 2000). Sungguh, selisih pendapatan menurut level pendidikan yang diselesaikan sangat mencolok.

Memasuki era global yang ditandai menguatnya ekonomi neoliberal, keunggulan ilmu pengetahuan menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan kemajuan suatu bangsa. Dinamika perkembangan ekonomi yang digerakkan ilmu pengetahuan itu secara teknis disebut knowledge- driven economic growth. Konsep ini menempatkan lembaga pendidikan tinggi pada posisi amat penting dan strategis sebab dapat (1) melahirkan tenaga-tenaga kerja terlatih, kompetitif, dan adaptif seperti profesional, pakar, teknisi, dan manajer; (2) melahirkan ilmu pengetahuan baru dan menciptakan inovasi teknologi; dan (3) meningkatkan kemampuan mengakses perkembangan ilmu pengetahuan pada level global dan mengadaptasinya menurut konteks lokal (Bank Dunia, 2002).

Strategi pengembangan PT

Kita perlu membenahi pendidikan tinggi di Indonesia guna merespons dinamika perkembangan global, yang menempatkan perguruan tinggi (PT) sebagai salah satu institusi penggerak kemajuan ekonomi. Untuk itu, kita harus merumuskan strategi baru dalam pengembangan PT guna menjawab tantangan masa depan saat perkembangan ekonomi justru lebih banyak didorong institusi PT. Menurut Zumeta & Stephens (1996), paling kurang ada enam strategi yang lazim diterapkan di negara maju untuk memfasilitasi agar PT mampu menjadi kekuatan penggerak perkembangan ekonomi.

Pertama, membuat program bantuan manajemen dan teknis yang berbasis di kampus guna menyemai potensi bisnis dan kewirausahaan. Program ini penting sebagai sarana dan wadah bagi pemupukan dan pengembangan talenta berbisnis dan berwirausaha sehingga mahasiswa bisa mengenal tradisi berniaga sejak awal.

Kedua, membuat program guna memantapkan dan mempercepat proses alih teknologi dari pusat-pusat penelitian PT ke dunia industri dan sebaliknya. Melalui program ini, transmisi dan difusi teknologi semakin mudah dilakukan sehingga masing-masing bisa lebih cepat mengadopsi dan menyesuaikan dengan perkembangan teknologi mutakhir.

Ketiga, PT dan dunia industri bekerja sama dalam menyelenggarakan pelatihan kerja bagi (calon) tenaga kerja. Di negara maju, program semacam ini lazim disebut cooperative education, yakni aktivitas akademik di PT yang terintegrasi dengan lembaga-lembaga swasta (bisnis dan industri). Program ini penting untuk memberi bekal pengalaman bekerja di kalangan mahasiswa sehingga memudahkan mereka dalam merintis dan mengembangkan karier di masa depan.

Keempat, pemerintah menyediakan bantuan dana bagi pengembangan program tertentu guna mempererat kerja sama PT dan dunia industri. Program ini bisa dilakukan melalui pembuatan proyek rintisan di bidang tertentu berdasarkan keunggulan masing-masing universitas/institut. Contoh, IPB unggul di bidang teknologi pertanian, ITB superior di bidang teknologi industri, atau ITS dominan di bidang ilmu kelautan; mereka bisa menjalin kerja sama dengan perusahaan di ketiga bidang itu.

Kelima, membangun “inkubator bisnis” yang disubsidi dan berbasis di kampus, yang bertujuan memupuk dan mengembangkan industri baru di bidang tertentu yang didukung sepenuhnya ahli-ahli berkompeten di PT dan fasilitas memadai. Program ini penting dan perlu dilakukan guna membangun sinergi antara kompetensi dan keahlian yang dimiliki PT dengan pengalaman profesional yang dipunyai lembaga bisnis dan industri.

Keenam, membangun lembaga riset tangguh yang disubsidi dan berbasis di kampus, yang ditujukan untuk menarik pengusaha dan dunia industri agar bersedia memanfaatkan jasa yang disediakan PT. Program ini amat fundamental dan bersifat strategis guna memantapkan peran lembaga research and development yang menjadi jantung kemajuan PT dan memberi manfaat besar bagi dunia industri.

Faktor tenaga kerja

Kita meyakini betapa pendidikan tinggi memberi kontribusi besar pada kemajuan ekonomi bangsa. Untuk itu, kita perlu meningkatkan peran PT secara maksimal sehingga dapat menjadi kekuatan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu faktor penting yang menentukan akselerasi pembangunan ekonomi adalah tenaga kerja. Sayang, struktur tenaga kerja di Indonesia kini justru lebih banyak didominasi orang-orang berpendidikan rendah. Data tahun 2000 menunjukkan, komposisi angkatan kerja yang mengenyam pendidikan tingkat sekolah dasar ke bawah mencapai 59 persen. Sementara angkatan kerja lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama dan SLTA masing-masing adalah 16,06 persen dan 19,44 persen. Sementara angkatan kerja berpendidikan tinggi berjumlah sangat sedikit, yakni 4,6 persen.

Data itu menggambarkan betapa mayoritas tenaga kerja Indonesia justru tidak mempunyai keahlian dan keterampilan tinggi yang diperlukan sektor swasta (bisnis dan industri). Untuk mengubah komposisi angkatan kerja berdasar level pendidikan yang ditamatkan, tentu membutuhkan waktu sangat lama.

Leave a comment »